Anjing Bali berdiri sebagai simbol hidup dari kekayaan warisan pulau ini, yang dihormati oleh aktivis dan penyelamat setempat. Pembelajaran sejarah membantu kita belajar dari masa lalu untuk membentuk masa depan yang lebih baik. Namun, kehidupan kita sehari-hari sering kali terasa terputus dari benang sejarah yang menjalin masa kini. Kita sering kali tenggelam dalam isu-isu mendesak, lupa bahwa masyarakat di masa lalu juga menghadapi tantangan serupa, atau bahkan lebih signifikan.
Anjing Warisan Bali
Sering disalahartikan sebagai anjing kampung, Anjing Bali sebenarnya adalah ras yang luar biasa dan kuno, mungkin yang tertua di dunia. Dengan ciri khas telinga panjang runcing, kaki belakang tinggi, dan bulu pendek, anjing ini sering terlihat di jalanan Bali.
Penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan di Laboratorium Genetika Hewan di Universitas California, Davis, telah mengungkap bahwa garis keturunan anjing Bali saat ini dimulai sekitar 7.000 tahun yang lalu di Asia Tenggara, yang merupakan keturunan dari serigala abu-abu. Penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa ras ini sudah ada sejak 12.000 tahun yang lalu, mendahului ras purba lainnya seperti Dingo Australia, anjing bernyanyi New Guinea, dan anjing liar Afrika.
Ras yang Didukung oleh Sains
Dari tahun 2000 hingga 2003, DNA 3.000 anjing asli Bali dianalisis di UC Davis. Penelitian ini mengungkapkan bahwa anjing Bali memiliki salah satu sumber keragaman genetik terkaya di antara anjing-anjing di seluruh dunia, sehingga genom mereka sangat berharga bagi ilmu pengetahuan. Anjing Bali adalah salah satu dari sedikit populasi anjing asli yang tersisa secara global.
Bali adalah rumah bagi dua ras anjing asli yang unik—Anjing Warisan Bali dan Anjing Dataran Tinggi Kintamani. Anjing Warisan Bali telah dibiakkan di pulau ini setidaknya selama 2.500 tahun, mungkin lebih lama, sedangkan Anjing Kintamani kemungkinan besar berevolusi sebagai subtipe. DNA Anjing Warisan Bali yang kaya menghasilkan beragam warna dan corak. Mereka juga dikenal karena kecantikannya, sifat penyayangnya, dan kepribadiannya yang kuat. Secara alami cenderung berkeliaran dalam kelompok, mereka teritorial, dan sangat cerdas.
Anjing di Bali
Meskipun kucing kadang-kadang terlihat, anjing mendominasi jalanan di Bali, jumlahnya mencapai puluhan ribu. Anjing jalanan ini berkeliaran di berbagai wilayah, mulai dari pemukiman hingga pantai dan tempat wisata yang sibuk, dan merupakan bagian integral dari struktur komunitas pulau tersebut.
Kisah yang Lebih Dalam
Anjing yang tampak seperti anjing terlantar sering kali memiliki ikatan yang lebih dalam dengan keluarga di Bali, yang menganggap mereka sebagai bagian dari komunitas mereka dan memberikan perawatan dasar. Mengatasi kesejahteraan anjing-anjing jalanan ini telah menjadi prioritas selama bertahun-tahun, yang menyebabkan munculnya banyak LSM dan individu yang penuh kasih yang menawarkan perawatan penting, termasuk makanan, tempat tinggal, dan perhatian medis. Bali memiliki jaringan kelompok kesejahteraan hewan dan organisasi penyelamat yang memainkan peran penting dalam mendukung hewan-hewan ini.
Upaya untuk mengelola populasi anjing jalanan di Bali dilakukan dengan berbagai cara. Pemerintah daerah, bekerja sama dengan LSM, telah meluncurkan berbagai program yang mencakup pemandulan dan sterilisasi, program vaksinasi, dan kampanye pendidikan yang mempromosikan kepemilikan hewan peliharaan yang bertanggung jawab.
Wisatawan sering menjumpai anjing-anjing ini di tempat-tempat populer. Meskipun beberapa anjing ramah dan terbiasa berinteraksi dengan manusia, anjing lainnya mungkin waspada dan dapat menimbulkan risiko jika merasa terancam. Pengunjung disarankan untuk menghindari menyentuh anjing dan berhati-hati.
Tantangan Saat Ini
Integritas anjing Bali dipertahankan selama berabad-abad, namun sejak pencabutan larangan impor anjing ras pada tahun 2004, populasi Anjing Bali murni telah menurun sebesar 80%. Anjing ras telah menjadi mode, mengancam kepunahan Anjing Bali karena perkawinan silang, pemusnahan massal, dan perdagangan daging anjing.
Perlunya Aksi Komunitas
Untuk mengatasi tantangan ini, keterlibatan masyarakat dan pendidikan sangatlah penting. Rabies masih merupakan risiko kecil. Sebuah penelitian bertajuk “Metode Partisipatif untuk Penilaian Status Kepemilikan Anjing yang Berkeliaran Bebas di Bali, Indonesia, untuk Pengendalian Penyakit dan Kesejahteraan Hewan” menemukan bahwa kesehatan yang memadai bagi populasi anjing yang berkeliaran bebas tidak mungkin terjadi tanpa adanya pengawasan langsung dari manusia dan tindakan regulasi. Oleh karena itu, diperlukan intervensi skala besar. Dukungan pemerintah terhadap program vaksinasi dan sterilisasi, serta pendekatan berbasis masyarakat dan inisiatif pendidikan, sangat penting untuk meningkatkan kesejahteraan hewan dan memahami dampak sosialnya.
Kesimpulan
Anjing Bali lebih dari sekedar hewan jalanan; itu adalah bagian penting dari warisan budaya Bali. Melalui upaya berkelanjutan dalam bidang kesejahteraan dan pendidikan, baik penduduk lokal maupun wisatawan dapat membantu memastikan anjing-anjing ini diperlakukan dengan rasa hormat dan perawatan yang layak mereka dapatkan.